Sejak di bangku sekolah dasar kita telah diperkenalkan dengan nama Pythagoras melalui rumus a2 + b2 = c2 yang berlaku untuk segitiga siku-siku dengan alas a, tinggi b, dan sisi miring c. Selain karena rumus ini, Pythagoras — matematikawan Yunani Kuno yang hidup pada abad ke-6 SM — juga dikenal dengan falsafahnya bahwa “Semua adalah Bilangan”.
Sumber: https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=988717
Menurut Pythagoras, bilangan mengatur segala bentuk (forms) dan gagasan (ideas). Bahkan, bilangan juga mengatur alam semesta ini. Yang ia maksud dengan bilangan pada masa itu adalah bilangan rasional, yaitu bilangan yang dapat dinyatakan sebagai rasio dua bilangan bulat positif.
Setidaknya ada dua hal yang melatari falsafah tersebut. Yang pertama adalah tangga nada yang terkait dengan pecahan sederhana seperti ½ dan ¼. (Ya, Pythagoras dan para muridnya pada masa itu juga mendalami musik, selain matematika dan astronomi.) Yang kedua terkait dengan rasio jarak antara planet-planet dan Matahari, yang diyakini oleh Pythagoras merupakan pecahan sederhana juga.
Dalam buku The Mystery of Matter (1965) suntingan Louise B. Young, ada kutipan cantik yang terinspirasi oleh falsafah Pythagoras: “There is geometry in the humming of the strings, there is music in the spacing of the spheres.” Ada geometri dalam senandung dawai, ada musik di antara planet-planet.
*
Bandung, 12-12-2017