Angka (atau bilangan) 0 memang misterius. Beberapa hari silam, dalam sebuah acara di Bali, saya diajak ngobrol oleh seseorang yang mengetahui bahwa saya adalah matematikawan. Ia bertanya bangsa mana yang pertama kali memperkenalkan angka 0. Segera saya menjawab, “seingat saya bangsa India.”
Bersama dengan Pak Iwan Pranoto, kami pernah berbincang tentang penemuan prasasti di Kamboja bertuliskan tahun 605 Saka, yang membuktikan bahwa bangsa Kamboja pada saat itu telah mengenal angka 0. Prasasti ini diklaim sebagai prasasti tertua yang mengandung angka 0. Tetapi, sesungguhnya, ada prasasti yang lebih tua daripada prasasti di Kamboja, yaitu prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang, yang bertuliskan tahun 604 Saka (dengan angka 0 di tengah). Dalam kalender Gregorian, tahun 604 saka sama dengan tahun 682 Masehi.
Bila orang telah menuliskan angka 0 dalam pencatatan tahun, mestilah konsep bilangan 0 telah dikenal sebelumnya. Konon, sejak zaman Babilonia, pemakaian angka 0 (mungkin dalam simbol yang berbeda, termasuk spasi) memang telah dikenal sebagai penanda yang membedakan 1 dan 10, misalnya. Belakangan peran angka 0 ini dikenal sebagai ‘nilai tempat’.
Namun, 0 sebagai bilangan tersendiri, yang nilainya sama dengan jumlah dari 1 dan -1, misalnya, baru dikenal belakangan di India pada abad ke-5, sebagaimana tertulis dalam buku Aryabhatiya. Pada abad ke-7, sekitar tahun 628 Masehi, Brahmagupta menulis buku berjudul Brāhmasphuṭasiddhānta yang antara lain membahas sifat-sifat bilangan, termasuk bilangan 0 dan bilangan negatif.
Apakah ada dokumen atau artefak lain yang membuktikan bahwa bilangan 0 telah dikenal sebelum itu, kita tunggu saja.
*
Bandung, 17-04-2018