Apa sih Matematika Itu? – I

[Artikel ini disadur dari artikel dengan judul yang senada, yang pernah saya tulis untuk anakbertanya.com.]

Ada yang bertanya: “Apa sih matematika itu?” Banyak orang yang telah menjawab menjawab pertanyaan ini, saya ngga mau ketinggalan. 🙂

Ada yang menganggap matematika sebagai ilmu, tetapi ada juga yang tidak setuju menggolongkannya sebagai sains. Namun banyak orang sepakat bahwa yang dipelajari dalam matematika adalah hal-hal yang berkaitan dengan kuantitas dan bentuk, sebagaimana dideskripsikan dalam kamus.

Sesungguhnya, bila Anda ingin mengetahui apa matematika itu, Anda perlu mendalaminya — bercengkerama dengannya terlebih dahulu. Kalau Anda hanya baru ‘berjumpa’ dengan satu atau dua soal matematika dan mengerjakannya (dengan mudah atau sebaliknya, dengan susah-payah), barangkali Anda belum bisa menjelaskan apa matematika itu. Paling Anda bilang: matematika itu asik! Atau sebaliknya: “Saya benci matematika!”

Saya yang sudah menekuni matematika sekitar tiga puluh tahun pun masih belum bisa ‘mendefinisikan’ apa matematika itu. Namun, belakangan ini, saya merasakan matematika itu mirip dengan ‘hantu’, dan berpendapat bahwa orang yang bisa menguasai matematika seperti orang yang bisa melihat hantu.

Ya, matematika itu ibarat dunia lain. Seorang ahli matematika seolah bisa masuk ke alam matematika, asik bermain di sana, tetapi ketika kembali ke alam fisis dan menceritakannya kepada orang lain, tidak ada yang memahaminya (duh!). Walau menurutnya ‘hantu’ matematika itu cantik, orang tidak percaya. Bahkan banyak yang bertanya: “apa gunanya mempelajari matematika itu?”

Walau demikian, berbeda dengan hantu yang menghuni rumah angker, matematika berkembang sebagai ‘ilmu’ atau sistem pengetahuan, khususnya sejak era Yunani Kuno. Berawal dari geometri dan aritmetika, cabang-cabang matematika lainnya, seperti aljabar, kalkulus, dan statistika pun lahir. Matematika masih berkembang dengan subur hingga saat ini.

Seperti halnya fisika dan kimia, matematika juga merupakan himpunan pengetahuan dan temuan manusia, yang diperoleh dengan metode yang solid, disepakati oleh para pakar dalam bidangnya masing-masing, dan telah banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber: xkcd.com

Tetapi, berbeda dengan fisika, kimia, dan ilmu lainnya yang berbasis alam (empiris), materi yang dipelajari dalam matematika tidak terindera (oleh panca indera kita). Matematikawan bercengkerama dengan ide (gagasan) atau konsep di alam pikiran, yang dibahas, dikupas, dan didalami dari waktu ke waktu. Kegiatan bermatematika sarat dengan olah pikir atau bernalar. Matematikawan acap kali mencari pola atau struktur, sebelum akhirnya sampai pada suatu kesimpulan: a-ha!

Anda mungkin tidak bisa melihat hantu di rumah angker, tapi Anda bisa loh bersahabat dengan ‘hantu’ matematika. Kemampuan dan kepekaan matematika bisa diasah. Bukan dengan bertapa atau bersemedi di kuburan, tetapi dengan belajar dan berlatih.

*

Bandung, 08-12-2017

3 Comments

  1. Di Math juga ada semcam ‘hantu yg sangat angker’ biasa nya sih ini berbentuk unsolved problems aka Conjectures ,seperti : Riemann hypothesis , Beal Conjectures, Goldbach Conjecture, BSD Conjecture , Collatz conjecture dlst .
    Mengutip Paul Erdos” “Mathematics may not be ready for such problems.”. Begitu kata Eyang Engkong sang Matematikawan eksentrik jenius Paul Erdos

    Like

  2. Dulu saya sangat menyukai matematika. Bahkan menjadi mata pelajaran favorit sampai lulus kuliah.
    Mata pelajaran integral yang sulit saya pahami ketika mempelajarinya di ilmu fisika, menjadi sangat mudah ketika dipelajari di matematika.

    Namun belakangan saya merasa bahwa matematika hanyalah teori belaka
    Mohon maaf mungkin saya yang masih awam, tapi adakah ilmu matematika terapan?
    Digunakan untuk apa saja matematika itu selain dari “sekedar” berhitung?
    Adakah matematika terapan murni yang tidak beririsan dengan disiplin ilmu lain seperti ilmu fisika, kimia atau akuntansi? (di akuntansi ada mata kuliah matematika bisnis)

    Saya mendalami matematika hanya sampai lulus SMA, karena setelah itu melanjutkan ke akuntansi, jadi matematika tidak terlalu didalami.

    Saya ingin kembali menyukai matematika, ingin agar matematika menjadi salah satu solusi dalam menghadapi permasalahan sehari-hari. Tapi bila memang benar bahwa matematika hanyalah teori, sepertinya akan sulit..

    Like

Leave a comment